Perang ini juga terjadi pada tahun 5 Hijriah, setelah Perang Ahzab.
Melihat tingkah laku orang-orang Yahudi Bani Quraizah yang telah
menimbulkan bahaya laten bagi umat Islam, dipandang perlu adanya
usaha-usaha preventif. Orang-orang Yahudi itu telah mencoba membatalkan
perjanjian perdamaian yang mereka sepakati bersama dengan Nabi, telah
mengadu domba antara kaum Muslimin dengan kaum kafir Quraisy. Dan pada
tahun 5 Hijriah telah pula bersekutu dengan orang-orang Yahudi lainnya
beserta dengan orang-orang Musyrikin Makkah untuk memerangi umat Islam.
Oleh karena itu Nabi saw. berpikir untuk memberi pelajaran buat mereka,
yaitu mengusirnya dari wilayah Madinah, agar tidak lagi melakukan
keonaran-keonaran yang bisa membahayakan pusat dakwah (Madinah).
Menurut suatu riwayat yang diperkenalkan oleh Imam Bukhari, Aisyah
menceritakan, “Sewaktu Perang Ahzab (Khandaq) selesai, pulanglah Nabi ke
rumah dan beliau terus menggantungkan senjatanya, lalu mandi. Pada
waktu itu Jibril datang kepada beliau seraya mengatakan: Sudah kau
letakkankah senjatamu? Demi Allah, aku belum lagi rneletakkannya. Di
mana lagi kita akan benperang? tanya Nabi saw. Di sana, jawab Jibril
sambil menunjuk ke daerah yang didiami oleh Bani Quraizah. Kemudian Nabi
pun keluar kembali mengumpulkan tentara-tentaranya.”
Kepada pasukannya, Nabi memerintahkan untuk segera berangkat dan agar
semua orang bisa mendapatkan waktu shalat Ashar di perkampungan Bani
Quraizah. Mereka diperintahkan untuk melaksanakan shalat Ashar di sana.
Mereka segera berangkat dengan kekuatan 3.000 orang tentara dan bendera
Islam di pegang Saidina Ali r.a. Sesampainya di wilayah perkampungan
itu, Ali r.a. dengan sigapnya segera mengintai musuh yang bertahan di
dalam benteng-bentengnya. Ketika itulah beliau mendengar onang-orang
Yahudi mengutuk Nabi dan isteri-isterinya, dengan kata-kata yang kotor.
Hal ini dilaporkan Ali kepada Nabi dan minta agar Nabi saw. tidak
mendekati benteng-benteng tersebut.
“Kalau mereka berada jauh dariku, memanglah demikian perilakunya,
karena mereka memang berakhlak munafik dan suka berolok-olok,” ujar Nabi
saw. lalu mendekati benteng mereka. Begitu melihat Nabi, berhentilah
mereka mengolok-olok dan mengatakan kata-kata tak senonoh tadi.
Nabi memerintahkan pasukannya agar mengepung perkampungan Yahudi itu
secara ketat, hingga mereka keluar untuk berunding. Setelah dua puluh
lima hari terkepung, menyerahlah mereka. Penyerahan ini disampaikan
kepada Rasulullah oleh Saad bin Muaz, seorang pemimpin kabilah Aus yang
bersekutu dengan Bani Quraizah. Ia menyatakan menyerah tanpa syarat dan
akan pergi dari situ. Bila orang-orang Yahudi bani Quraizah mencoba
memerangi umat Islam, maka Saad mempersiapkan untuk menghantamnya
habis-habisan. Penyerahan ini diterima oleh Nabi dengan lega, karena
dengan demikian berarti berakhirnya gangguan dan perlawanan kaum Yahudi
di sekitar wilayah Madinah.
Dalam peperangan Bani Quraizah ini turun ayat-ayat yang menerangkan,
bagaimana orang Yahudi telah mengingkari janji-janji yang telah
dibuatnya. Ayat-ayat dimaksud antara lain:
“Dan ingatlah, ketika segolongan di antara mereka berkata: Hai
penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagi kamu, maka kembalilah
kamu. Dan sebagian dari mereka minta izin kepada Nabi untuk kembali
pulang dengan berkata: Sesungguhnya rumah-numah kami terbuka, tidak ada
yang menjaganya, padahal rumah-rumah itu sekali-kali tidaklah terbuka.
Mereka tidak lain hanyalah hendak lari. Kalau Yatsrib (Madinah) diserang
dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad,
niscaya meneka mengerjakannya. Dan mereka tiada akan berhenti untuk
muntad itu, melainkan dalam waktu yang singkat. Dan sesungguhnya mereka
itu telah berjanji kepada Allah dahulu: Mereka tidak akan berbalik
mundur. Dan penjanjian dengan Allah itu akan dimintakan
pertanggungjawaban. Katakanlah: Lari itu sekali-kali tidaklah benguna
bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan. Dan
kalau kamu terhindar dari kematian itu, kamu juga tidak akan mengecap
kesenangan kecuali sebentar saja.” (QS. Al-Ahzab:13-16)
“Dan Dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab yang membantu
golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka. Dan Dia
memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Sebagian mereka kamu bunuh
dan sebagian yang lain kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu
tanah-tanah, rumah-rumah, dan harta benda mereka dan tanah yang belum
kamu injak. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab:
26-27)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar